Bulan Agustus Waktu Terbaik Untuk Berlibur ke Dataran Tinggi Dieng, Bisa Melihat Salju
Negeri kahyangan para dewa dewi berkumpul
Wisata Dataran Tinggi Dieng
Kompleks vulkanik di provinsi Jawa Tengah (Wonosobo & Banjarnegara), tempat dimana orang-orang lebih mengenalnya sebagai dataran tinggi Dieng, kata itu berasal dari “Di Hyang” yang secara harfiah memiliki makna “Tempat Tinggal Para Dewa”.
Pemandangan indah ini dipenuhi dengan candi-candi bercorak Hindu dan Jawa yang indah, termasuk delapan candi penopang berukuran lebih kecil yang konon katanya berasal dari Kerajaan Kalinga, dulunya ini merupakan bagian dari 300 lebih candi yang dibangun oleh para pemeluk agama Hindu.
Selain itu, wisatawan kerap menjelajah ke darat untuk kegiatan seperti trekking dan mengunjungi berbagai kawah gunung berapi yang aktif.
Bagi wisatawan mancanegara, sirup Carica dan Mie Ongklok adalah kuliner yang paling favorit yang tersedia secara lokal di kota utama Dieng, Wonosobo dan Banjarnegara, bersama manisan pisang yang lezat, di kalangan penduduk asli setempat itu paling populer.
Secara historis, selain makna religius yang melekat di tempat itu, tempat ini pun dikenal sebagai bagian dari kampanye gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman selama Perang merebut Kemerdekaan Indonesia.
Wisatawan juga dapat memilih untuk berkeliling ke kota-kota terdekat seperti Purwokerto, Semarang dan Yogyakarta.
Cara datang ke Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng tidak dapat dicapai secara langsung melalui udara, sehingga pengunjung harus meneruskan perjalanan untuk mencapai dataran tinggi tersebut melalui kota-kota terdekat.
Dari Jakarta, wisatawan dapat naik kereta api ke Purwokerto, atau naik pesawat terbang ke Purbalingga (saat ini baru tersedia Citilink dan akan turun di Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman/ Bandara BJS) setelah itu, lanjutkan dengan naik bus yang menuju Wonosobo dan turun di pertigaan dekat Klenteng, dari mana minibus umum ke Dieng sering beroperasi.
Wisatawan juga dapat memilih naik bus malam dari Jakarta ke Purwokerto, atau naik bus langsung yang menuju Wonosobo ataupun Banjarnegara dengan biaya cek di traveloka.
Banjarnegara dan Wonosobo juga bisa ditempuh dari Yogyakarta (Jogja), dari tempat tersebut biasanya wisatawan naik bus ke Magelang dengan biaya Rp 15.000 per kepala kemudian berganti bus untuk yang langsung menuju ke Wonosobo dengan biaya Rp 24.000 per kepala, dimana perjalanan terakhir berlangsung setidaknya selama dua jam.
Dari Wonosobo, ada minibus umum yang beroperasi sampai ke Dieng dengan biaya Rp 15.000 per kepala. Seluruh perjalanan, jika dipilih jalur ini, memakan waktu sekitar lima jam untuk akhirnya sampai di Dieng.
Wisatawan juga dapat menyewa taksi pribadi dari Yogyakarta ke Dieng dengan biaya sekitar Rp 1.413.500.
Bila menggunakan kendaraan pribadi, calon wisatawan juga bisa memanfaatkan Tol Kahyangan dengan pemandangan indah di sepanjang perjalanan menuju ke Dieng.
Transportasi lokal di Dataran Tinggi Dieng
Wisatawan biasanya lebih suka berkeliling tempat dengan berjalan kaki karena lokasinya cukup kecil dan atraksi utama tidak terlalu jauh.
Jika seseorang tidak ingin berjalan-jalan untuk jalan-jalan, mereka dapat memilih untuk naik minibus lokal yang berhenti di persimpangan yang terletak dekat dengan sebagian besar tempat wisata.
Beberapa jarak harus ditempuh dengan trekking di perbukitan dan perkebunan di sekitarnya. Harga sewa kendaraan tergantung pilihan menginap di Dieng atau Wonosobo, pengunjung bisa menyewa sepeda sendiri dengan harga sekitar Rp 50.000 atau menyewa pemandu beserta transportasi untuk sehari dengan rata-rata Rp 150.000.
Minibus dari Wonosobo ke candi biaya sekitar Rp 10.000 per orang dan taksi biaya sekitar Rp 150.000 untuk tujuan yang sama.
![]() |
Memegang salju di Dieng |
Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Dataran Tinggi Dieng?
Waktu terbaik untuk mengunjungi Dataran Tinggi Dieng adalah pada bulan Mei hingga Oktober, yang merupakan musim kemarau dan tingkat curah hujan tidak setinggi bulan-bulan lainnya.
Dataran Tinggi Dieng memiliki iklim dataran tinggi subtropis, artinya wilayah ini tidak mengalami musim yang ekstrim tetapi hanya mengalami musim panas dan musim dingin yang ringan.
Hujan di wilayah tersebut dikenal sebagai penyebab tanah longsor, jadi sebaiknya hindari musim hujan.
Pengunjung juga bisa datang selama musim ramai, yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus, karena tempat ini tidak terlalu ramai dikunjungi wisatawan.
Atau bila ingin merasakan sensasi paling dingin dan menjumpai embun es dengan kristal es yang menempel pada rumput dan tanaman , maka bulan Agustus sampai September lah waktu yang tepat, sebelum pandemi menghantam, bulan Agustus biasanya ada CFD di sini (Dieng Culture Festival).
Informasi penting
Wisatawan disarankan untuk membawa pakaian hangat karena cuaca di dataran tinggi cenderung sangat dingin pada malam hari.
Walaupun tersedia Wisma di Dieng, akan lebih baik untuk membawa kantong tidur sendiri.
Pengunjung harus terus-menerus memeriksa laporan geologis tempat itu karena merupakan wilayah vulkanik aktif.
Meski terdapat tempat menginap dan hotel secara online, menyewa penginapan warga setempat juga tersedia.